Kamis, 09 Juli 2015

KOMPUTER GRAFIS

denah SPA 2

STRUKTUR KONTRUKSI DAN SISTEM BANGUNAN 2

Pada mata kuliah SKSB 2 kita belajar mengenai struktur rumah tinggal 2 lantai, mekanika teknik dan pembuatan maket struktur.
Saat membuat rumah tinggal 2 lantai banyak hal yang harus diperhatikan baik dari segi struktur, pondasi, sanitasi, rencana atap, tangga dan sebagainya.
A.   Berikut adalah materi yang menjadi acuan dalam menyelesaikan tugas SKSB 2 rumah 2 lantai.







sumber: dari berbagai sumber



B. Tugas pendukung SKSB2 selanjutnya adalah tentang mekanika teknik dengan tugas besarnya analitis, grafik dan cremona
link materi:
C.  Selanjutnya yaitu tahap pembuatan maket. Dari tugas rumah 2 lantai kita diminta untuk membuat maket struktur rencana atap.
Berikut hasilnya :

Rumah Tradisional Kudus ( Arsitektur Vernakular Indonesia )


KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS
Oleh : Agung Budi Sardjono*
ABSTRAK
Arsitektur rumah tradisional Kudus mempunyai keunikan-keunikan disamping
banyak persamaan dengan rumah tradisional Jawa pada umumnya. Saat ini jumlah
rumah adat Kudus sangat sedikit, oleh karena itu penggalian pengetahuan mengenai
rumah adapt Kudus mendesak untuk dilakukan. Tulisan ini bertujuan mengungkapkan
keunikan rumah tradisional Kudus terutama pada aspek Konstruksi bangunannya.
Sebagai pembanding bahasan diambil konsep rumah tradisional Jawa secara umum
dari penelitian yang pernah dilakukan. Diskripsi tentang konstruksi rumah dibahas lebih
dahulu kemudian dihubungkan dengan konsep, selanjutnya dikembangkan dengan
menyinggung budaya masyarakat setempat.
Kata Kunci : konstruksi, rumah, tradisional

LATAR BELAKANG
Arsitektur rumah tradisional Kudus merupakan salah satu fariasi rumah
tradisiopnal Jawa yang pernah berkembang pesat pada masa kejayaan perekonomian
masyarakat kudus lama. Saat ini kondisi rumah adat ini sangat memprihatinkan. Kabar
terakhir rumah adat yang masih lengkap tinggal satu buah di Kudus (Kompas 30
Desember 2006). Ratusan rumah adat yang lain telah dijual ke berbagai kota dan
negara karena bagi waris. Rumah adat Kudus dibuat dari kayu dengan konstruksi knock
down sehingga memungkinkan dibongkar pasang dan dipindah ke tempat lain tanpa
merusak fisik bangunannya.
Peninggalan budaya yang sangat berharga ini mungkin tidak lama lagi akan
hilang tanpa bekas kalau tidak ada perhatian serta apresiasi terhadapnya. Salah satu
cara mengapresiasi adalah dengan mengenal lebih dalam arsitektur rumah adat kudus.
Salah satu bagian yang unik adari rumah tradisional Kudus adalah konstruksi
bangunannya.
*) Pengajar pada Jurusan Arsitektur Fakultas teknik Universitas Diponegoro

KONSEP BANGUNAN TRADISIONAL JAWA
Rumah merupakan manifestasi dari kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos
serta pandangan hidup masyarakat Jawa. Pembagian ruangan pada bangunan Jawa
didasarkan atas klasifikasi simbolik yang diantaranya berdasarkan dua dua kategori
yang berlawanan atau saling melengkapi yang oleh Tjahjono (1990) disebut sebagai
dualitas (duality). Selain itu ada pemusatan (centralitas) dalam tata ruang bangunan.
Rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan,
yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan
dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan
emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian
(depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang
terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan
adalah arah selatan.
Bangunan Tradisional Jawa menurut Dakung (1987) dibedakan menjadi lima
klasifikasi menurut bentuk atapnya, yaitu: atap Panggang Pe, atap Kampung, atap
Limasan,. Atap Joglo dan atap Tajug. Dari klasifikasi tersebut terdapat hirarki
kesempurnaan atau keutamaan dilihat dari kompleksitas strukturnya, teknik
pengerjaannya, jumlah material bangunan, biaya serta tenaga yang digunakan. Menurut
Tjahjono perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status social, sedangkan
persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang
diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga.

KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS
Rumah tradisional kudus bukan merupakan bangunan tunggal tetapi kesatuan
dari beberapa bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal serta tempat melakukan
aktifitas sehari-hari di rumah, termasuk berdagang atau tempat produksi dari industri
rumah tangga. Pola tata bangunan terdiri dari bangunan utama atau dalem, jogosatru di
depan serta pawon di samping. Halaman terletak ditengah tapak, diseberang halaman
terdapat kamar mandi, serta sisir. Regol terletak di samping halaman.
Halaman merupakan unsur yang penting dan selalu ada, halaman mengikat
ruang-ruang di sekitarnya menjadi satu kesatuan rumah. Memisahkan bangunan utama
yang prifat dengan sumur dan sisir yang merupakan daerah serfis. Menjadi perantara
daerah luar dan daerah dalam.
Bentuk bangunan tradisional kudus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
Bagian kepala bangunan pada masing-masing unit bangunan berbeda . Dalem beratap
joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu, jogosatru beratap panggang pe (sosoran),
Pawon beratap kampung dengan sosoran dobagian depan atau disebut dengan atap
kampung gajah ngombe. Sosoran ini menggabungkan dalem, pawon dan jogosatru.
Kamar mandi beratap kampung atau panggang pe sedangkan sisir beratap kampung.
Regol beratap kampung atau limasan. Beberapa fariasi bentuk atap dijumpai pada
bangunan. Dalem pada umumnya beratap pencu, namun juga ada yang beratap
limasan, kampung atau kampung dorogepak. Dijumpai pula atap pawon yang menyatu
dengan dalem membentuk atap yang memanjang berbentuk limasan atau kampung.
Bagian badan bangunan ditandai dengan adanya 3 pintu pada jogosatru serta
satu pintu pada pawon. Pintu utama jogosatru terletak di tengah, berupa pintu inep
berdaun dua. Dua buah pintu yang lain mengapit pintu utama, berlapis dua. Pintu dalam
berupa gebyog yang bisa digeser, pintu luar berupa pintu sorong kerawangan setengah
dinding. Pintu pawon rangkap dua sebagaimana pintu pengapit pada jogosatru. Jendela
jarang terdapat pada bagian depan. Kalau ada berupa sepasang jendela kecil berjeruji
pada dinding gebyog.
Kaki bangunan berupa pondasi atau bebatur yang berudak-undak. Peil lantai
bangunan terletak cukup tinggi dari tanah, makin ke dalam makin tinggi. Pada emper
terdapat anak tangga untuk mencapai lantai jogosatru.
Struktur rumah tradisional kudus merupakan struktur rangka kayu. Dibuat
sedemikian rupa sehingga setiap bagiannya dapat dibongkar pasang. Secara umum
struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap (empyak), kolom
(cagak) dan pondasi (bebatur).
Batur atau pondasi mertupakan pondasi menerus dari bahan batu kali, pondasi
ini membentuk peil lantai yang tinggi dan berundak-undak mulai dari jogosatru sampai
ke dalem. Pondasi digunakan sebagai alas perletakan balok kerangka rumah yang
merupakan balok kayu dengan dimensi besar (20X30 yang diletakkan tidur). Pondasi
umpak (pondasi setempat) dari batu bata dipakai pada sko guru, bentuk umpak tinggi di
atas lantai, kadang-kadang ada yang sampai setinggi 2 meter. Lantai pada jogosatru
menggunakan ubin atau batu bata sehingga pondasi lebih dahulu diurug tanah. Pada
bagian dalem digunakan lantai papan kayu (gladagan) dengan kerangka balok-balok
kayu. Ruang dibawah geladag dibiarkan kosong, atau kadang-kadang dimanfaatkan
untuk penyimpanan rahasia.
Lantai pada dalem ini mengingatkan akan konstruksi rumah panggung yang
merupakan konstruksi rumah tradisional yang umum di kawasan Asia Tenggara.
Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengatasi kondisi alam serta binatang. Daerah Kudus
yang dahulunya merupakan daerah rawa-rawa kemungkinan merupakan sebab rumahrumah
di daerah ini berlantai panggung untuk mengatasi kelembaban lantai serta banjir.
Pada rumah tradisional kudus konstruksi ini tetap dipertahankan tetapi dengan
menambah pondasi menerus pada keliling bangunan.
Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi yang menutup dan
membatasi ruang dan rangka dinding yang menyangga beban dari atap. Penyangga
atap yang utama pada konstruksi rumah beratap joglo adalah soko guru, yakni empat
tiang utama yang menyangga brunjung. Keempat soko guru pada bagian atas dirangkai
oleh dua batang balok. Balok sebelah bawah (sunduk kili) dipasang berdiri, berfungsi
untuk menstabilkan konstruksi. Balok sebelah atas disebut tutup kepuh, dipasang tidur
dan menyangga susunan balok tumpang. Diantara sunduk kili dan tutup kepuh terdapat
ganjal yang disebut santen berbentuk kelopak bunga. Di atas tutup kepuh terdapat
susunan balok yang disebut tumpang. Jumlah balok tumpang selalu ganjil antara tiga
sampai 17 tingkat. Umumnya berjumlah 9 tingkat. Jumlah susunan ini mencerminkan
tingkat kualitas rumah. Semakin tingga maka rumah dibuat dengan kualitas
pembangunan semakin mewah.
Pada ruang jogosatru terdapat tiang tunggal yang disebut soko geder. Soko ini
berfungsi membantu mendukung blandar utama di atas jogosatru, keberadaan tiang ini
lebih mempunyai arti simbolis daripada fungsi strukturalnya. Tanpa adanya tiang ini
blandar utama sudah didukung oleh konsol dari dua kolom yang mengapit pintu utama
dalem. Mengapa balok besar ini bisa terletak agak ditengah ruang?. Hal ini terjadi
karena perluasan ruang Jogosatru. Ruang yang sebenarnya adalah emperan rumah
diperluas dan ditutup dengan dinding gebyog menjadi ruang tamu. Untuk mendapatkan
ruang yang lebih luas dinding dalem diundurkan dari garis yang seharusnya. Yakni garis
dimana terdapat balok dinding dan tempat jatuhnya jurai. Hal ini dapat dilihat pada
jatuhnya dudur yang tidak pada dinding dalem tetapi maju lebih kurang 1meter. Dudur
disangga oleh belandar utama yang melintang sepanjang lebar bangunan, mulai dari
gogosatru sampai ke pawon. Kemiringan atap pada bagian ini mengantarai kemiringan
atap jogosatru yang rendah dengan atap dalem yang lebih tinggi. Kemiringan atap
berjenjang empat ini membentuk atap pencu khas kudus. Yakni atap joglo dengan
empat tahapan kemiringan.
Gebyog atau dinding pengisi dari kayu merupakan konstruksi yang tidak memikul
beban. Ada dua macam dinding kayu pada rumah tradisional kudus. Yang pertama
adalah dinding kayu yang disusun dari elemen panil-panil kayu. Elemen ini terdiri dari
bilah kayu panjang (3X12) yang merupakan rangka pembentuk gebyog serta elemen
pengisi dari papan kayu (2X30). Dua elemen ini dirangkai dengan sambungan pen dan
alur. Susunan panil-panil ini membentuk pola yang khas pada fasade rumah kudus.
Gebyog ini terdapat pada keempat sisi ruang jogosatru. Dinding pengisi yang kedua
merupakan lembaran tipis (seperti multipleks, tebal + 0,8 cm), namun berbeda dengan
multipleks yang tersusun dari lembaran kayu tipis yang direkatkan dengan lem, dinding
tipis ini merupakan potongan kayu yang utuh. Papan tipis ini dipasangkan secara
melengkung dengan dijepit dibagian atas dan bawah dengan dan dipegang disisi kanan
kirinya dengan kolom kecil. Pemasangan panil lengkung macam ini dimaksudkan agar
konstruksi tetap mempunyai kekuatan dan kekakuan karena bentuknya, walaupun
terbuat dari lembaran tipis.
Atap joglo pencu pada rumah tradisional kudus mempunyai bentuk yang agak
berbeda dengan joglo biasa. Pada atap joglo pencu terdapat 3 sampai 4 tingkat
kemiringan yang makin ke atas makin tinggi sehingga tampak menjulang. Tingkatan
kemiringan ini dibentuk oleh posisi dudur dan bladar. Atap paling bawah dibentuk oleh
dudur dan blandar diatas gebyog jogosatru. Kemiringan atap kedua dibentuk oleh dudur
yang menghubungkan belandar dijogosatru dengan belandar diatas gebyog dalem.
Kemiringan ketiga dibentuk oleh dudur yang menghubungkan belandar dalem dengan
balok tumpang sari, dan yang terakhir dibentuk oleh dudur di atas tumpangsari yang
disebut brunjung.
Konstruksi bukaan dinding pada jogosatru sangat unik. Terdapat 3 macam pintu
sebagaimana dikemukakan di depan. Pintu utama berupa pintu ayun ganda atau biasa
disebut dengan pintu kupu tarung, diletakkan di tengah. Pintu ini berupa pintu kayu
massif dengan engsel samping dan dilengkapi dengan selarak di sisi dalam. Pintu ini
merupakan pintu utama rumah, namun pintu ini hanya dibuka pada saat-saat tertentu
ketika ada acara-acara resmi. Kembaran pintu tengah adalah pada pintu dalem, namun
biasanya mendapat sentuhan ornamentasi yang lebih rumit, terutama pada bingkai atau
kosennya. Pintu ke dua dan ketiga merupakan pintu pengapit dari pintu utama. Di sisi
dalam berupa dinding gebyog yang dapat digeser-geser. Railing kayu dan penggantung
terdapat di sebelah atas pintu. Gebyog ini massif tanpa pelobangan. Bentuknya persis
sama dengan modul dinding gebyog di sebelahnya. Gerendel pintu ada di sisi samping
gebyog. Pada sisi luar gebyog geser ini terdapat pintu geser. Tinggi pintu setengah
dinding (140cm) dan berupa pintu kerawangan. Rangka pintu berupa kayu papan 3x20
di sisi atas dan bawah, kayu 3x10 di samping yang sekalian menjadi penggantung. Di
bagian tengah berupa trails kayu tegak dengan bilah kayu 2x2 yang dipasang berdiri
diagonal. Pintu pengapit ini lebih sering digunakan sehari-hari. Pada kondisi terbuka
ketika sedang menerima tamu atau ada kegiatan di jogosatru kedua pintu di geser.
Ketika tidak ada kegiatan tetapi yang empunya rumah ada di dalam, pintu sorong yang
ditutup sementara gebyog dibiarkan terbuka.

PENUTUP
Rumah tradisional Kudus pada dasarnya adalah Rumah Jawa dari Tipe Joglo.
Tata ruang rumah Kudus sama dengan tata ruang rumah jawa, terutama pada rumah
induk (dalem), demikian juga dengan konstruksi dan materialnya. Fariasinya lebih
terletak pada kekayaan ornamentasi, kehalusan konstruksi pada elemen bangunannya.
Serta penyesuaian ruang dari aktifitas sehari-hari yang khas pada penduduk Kudus.
Kemampuan ekonomi masyarakat Kudus saat itu memberi kesempatan untuk
mengeksplorasi konstruksi lebih lanjut namun tetap pada tatanan tradisi yang baku.
Kehidupan sosial yang agak jauh dari pengaruh veodal di pedalaman Jawa yang seolah
digantikan dengan pengaruh agama Islam menjadikan masyarakat Kudus mempuyai ciri
budaya yang khas. Budaya ini tercermin pada bentuk rumah tinggalnya. Jogosatru
sebagai salah satu contoh sebenarnya tidak lain merupakan emperan pada rumah jawa
yang mengalami perkembangan bentuk karena kegiatan di dalamnya. Ruang yang
tadinya terbuka dan sempit memanjang didepan dalem kemudian menjadi lebih tertutup
dengan adanya dinding dengan bukaannya, serta lebih lebar dengan menggeser dinding
dalem di sisi dalam. Jogo satru kemudian berkembang menjadi ruang tamu. Pada
Jogosatru inilah sebagian besar aktifitas sosial berlangsung. Adaptasi budaya Jawa
yang tercermin pada bentukan arsitekturnya ini mungkin banyak terjadi pula di daerahdaerah
lain di Jawa, sayang sekali kalau harus hilang tanpa sempat mempertahankan
atau paling tidak mempelajarinya.

Resume Laporan Perancangan (SPA2)

TAHAP-TAHAP PERENCANAAN

















Konsep Perancangan Arsitektur (SPA 2)




Desain rumah ramah lingkungan merupakan bentuk dukungan terhadap keramahan lingkungan. Yang berarti, haruslah hemat energi, karena eksplorasi terhadap penggunaan energi dapat mengancam kehidupan generasi penerus. Gerakan penghematan energi bisa dilakukan kala kita hendak membangun rumah baru atau merenovasi rumah. Apa sajakah itu?

Efisiensi Pencahayaan

Manfaatkan semaksimal mungkin cahaya matahari sebagai sumber cahaya di pagi hingga sore hari. Menggunakan cahaya matahari dapat menghemat energi listrik dari lampu yang digunakan di siang hari. Pencahayaan alami bisa diperoleh melalui pencahayaan samping yaitu dari jendela, dan pencahayaan atas yang berasal dari lubang atap. Buatlah desain rumah yang lebih terbuka pada dinding dan atap, agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah secara lebih maksimal. Mengurangi sekat ruangan, menyatukan fungsi ruang, dapat memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam rumah.

Efisiensi Ruang

Menggabungkan lebih dari satu fungsi dalam satu ruangan, adalah pilihan baik, dibanding harus memboroskan ruang. Misalnya meniadakan fungsi ruang tamu, karena kita jarang menerima tamu, atau lebih sering menerima tamu di teras. Buat saja ruang keluarga yang lebih besar, agar bisa nyaman dan maksimal untuk bercengkrama sekaligus menerima tamu yang sudah kenal dekat. Dalam hal ukuran bangunan, lebih besar tidak selalu lebih baik. Karena makin kecil (baca : sederhana) bangunan, akan makin baik control aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.

"Bangunan ramah lingkungan, dirancang dengan massa ruang, keterbukaan ruang, dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar, ventilasi bersilangan, dan void berimbang."

Pembayangan Ruang Luar, Kulit Bangunan, Ventilasi

Pemilihan bahan dan desain pembayangan, serta bukaan ventilasi yang baik, mempengaruhi kenyamanan dan energi dalam rumah. Berikan secondary skin pada dinding bagian luar, terlebih jika rumah menghadap ke arah barat. Buat teritisan di atas bukaan, yang fungsinya meredam panas matahari secara langsung ke dalam rumah. Bangunan dirancang dengan teras lebar, ventilasi bersilangan; yaitu membuat bukaan (jendela) pada dua dinding yang berbeda, innercourt serta void berimbang, untuk sirkulasi udara dan cahaya alami ke seluruh ruangan, agar hemat energi.

Atap yang “Dingin”

Pilih bahan penutup atap yang memiliki nilai hambatan hantaran panas cukup besar, dan kemampuan memantulkan panas dengan baik. Penggunaan atap dari bahan tanah atau keramik, sangat baik untuk kenyamanan ruang dalam. Tambahkan pula lembaran aluminium foil yang dipasang di bawah penutup atap. Material styrofoam yang dilapis beton (beton Styrofoam) juga berpotensi membuat dingin ruang dalam. Dinding rumah tetap terasa “dingin” meskipun saat siang hari.

Material Ramah Lingkungan

Gunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan. Pilih produk lokal yang berkualitas, untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, serta menghemat penggunaan energi secara keseluruhan. Memilih bahan baku lokal atau dari pabrik terdekat berarti menghemat transportasi dan mengurangi karbon emisi dari kendaraan. Tak ada salahnya, memanfaatkan material bekas atau sisa bahan renovasi, misalnya genteng bekas, kayu atau bambu bekas perancah, kusen lama.

Pemanfaatan Lahan Hijau

Elemen vegetasi berpotensi untuk menyejukkan lingkungan dan menurunkan udara panas, serta meredam panas. Semakin banyak pohon yang ditanam, udara makin sejuk dan oksigen yang dihasilkan dapat mencegah pemanasan global. Ciptakan roof garden atau vertical garden, jika halaman tidak memungkinkan. Dinding yang dijalari tanaman rambat membuat suhu udara di luar dan di dalam turun, sekaligus untuk pasokan udara bagi penghuni.

Gaya Hidup Hemat

• Hemat Air. Kurangi kebiasaan berendam di bathtub, mencuci kendaraan dengan air yang mengalir dan terbuang kemana-mana. Ganti bak mandi atau bathtub dengan shower , untuk menghemat air.
• Buat sumur resapan, lubang biopori atau septictank ramah lingkungan yang tidak mencemarkan lingkungan.
• Memakai perangkat elektronik dan rumah tangga yang hemat energi, akan berpengaruh dengan biaya listrik yang dikeluarkan tiap bulan. Pilih yang hemat energi listrik, sehingga memiliki life cost yang ringan untuk operasionalnya